Hubungan Antara Volume Prostat dan Risiko Chronic Kidney Disease (CKD) pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia (BPH) Pasca Transurethral Resection of the Prostate (TURP): Sebuah Studi Observasional
Abstrak
Pendahuluan: Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran kelenjar prostat yang menimbulkan gangguan miksi dan mengakibatkan terganggunya aliran urin. Faktor-faktor penyebab pembesaran prostat yang berasal dari kombinasi faktor retensi urine kronis dan progresif, tingginya tekanan kandung kemih dan ureterohydronephrosis dapat menyebabkan cedera ginjal yang progresif. Proses obstruktif merubah sel dan kondisi fisiologis pada otot kandung kemih dan kolagen berkontribusi meningkatkan tekanan kandung kemih dan terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan berakhir menyebabkan gagal ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi chronic kidney disease (CKD) pada pasien BPH yang menjalani tindakan operasi transurethral resection of the prostate (TURP).
Metode: Menggunakan metode pengambilan non-probability sampling dengan teknik consecutive sampling. Data dianalisis dengan analisis univariat menggunakan tabel frekuensi data dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil: Dari total 178 pasien BPH, 15 diantaranya menderita CKD (8,4%). Prevalensi BPH tertinggi pada kategori usia 61-70 (39,3%), mayoritas memiliki volume prostat lebih besar dari 50 ml (59%), gejala terbanyak dimiliki adalah lower urinary tract symptoms (LUTS) berat (83,1%) dan retensi urine (74,7%), beberapa diantaranya disertai komorbid seperti hipertensi (33,7%). Indikasi operasi tersering pada pasien yang dilakukan TURP yaitu retensi berulang (79,2%). Dari hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara BPH dengan kejadian CKD.
Kesimpulan: Prevalensi CKD pada semua stadium terhadap pasien BPH yang menjalani operasi TURP sebesar 8,4%. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya CKD pada pasien BPH adalah volume prostat 30-40 ml, volume prostat 41-50 ml, dan pria usia 71-80 tahun.