Manfaat Adiponektin Dan Leptin Dalam Memantau Efek Latihan Fisik Terhadap Fungsi Adiposa Penderita Sindrom Metabolik

  • Nani Cahyani Sudarsono Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DKI Jakarta 10310 https://orcid.org/0000-0001-6856-0694
  • Bunga Listia Paramita Peserta Pendidikan Dokter Spesialis, Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia https://orcid.org/0000-0002-1606-2906
  • Diczen Diczen Peserta Pendidikan Dokter Spesialis, Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DKI Jakarta 10310
  • Dimas Nugroho Peserta Pendidikan Dokter Spesialis, Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • Meisya Shabrina Peserta Pendidikan Dokter Spesialis, Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kata Kunci: Adiponektin, Biomarker, Latihan fisik, Leptin, Sindrom metabolik

Abstrak

Pendahuluan: Prevalensi sindrom metabolik (MetS) di Indonesia semakin meningkat, dengan usia tertinggi pada 45-54 tahun, disertai mortalitas dan morbiditas komplikasinya yang tinggi dan berbiaya besar. Pemeriksaan adiponektin, leptin, dan rasionya diduga berguna dalam memantau dan mengkuantifikasi perbaikan fungsi jaringan lemak tubuh setelah latihan fisik. Kajian literatur ini bertujuan mengetahui manfaat pemeriksaan adiponektin, leptin, dan rasionya dalam memantau efek latihan fisik terhadap fungsi jaringan lemak tubuh penderita pra-lansia (45-59 tahun) dan lansia (lebih besar dari 60 tahun) dengan MetS.
Metode: Tinjauan literatur melalui hand searching dan penelusuran database pubmed dengan sejumlah kriteria inklusi terkait manfaat pemeriksaan leptin dan adiponektin dalam memantau efek latihan fisik terhadap fungsi adiposa pada populasi pra-lansia dan atau lansia dengan MetS.
Hasil: Latihan fisik signifikan meningkatkan kadar adiponektin (mean difference (MD): 0,42 µg/mL; 95% CI 0,23, 0,60, p kurang dari 0,0001), dan menurunkan kadar leptin (MD: -1,89 ng/ml; 95% CI, -2,64, -1,14, p kurang dari 0,0001). Latihan aerobik intensitas tinggi bahkan dapat menurunkan kadar leptin sebesar 6.29 ng/ml (p kurang dari 0.001), dan meningkatkan kadar adiponektin sebesar 0,74 μg/ml (p = 0,04). Perubahan signifikan ini terutama terjadi pada laki-laki dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 30 kg/m2 and 25.0-29. 9 kg/m2.
Kesimpulan: Pemeriksaan rasio adiponektin/leptin berpotensi memberikan manfaat di kemudian hari dalam tatalaksana MetS sebagai metode evaluasi biomarker fisiologis terkait intervensi latihan fisik. Sedikitnya laboratorium yang mampu laksana, dan cukup besarnya biaya pemeriksaan, menyebabkan sebagian besar pelaksanaannya masih ditujukan untuk penelitian. Penerapan pola hidup sehat, konsumsi gizi seimbang, kebiasaan beraktivitas fisik dan latihan fisik teratur masih merupakan saran terbaik dalam mencegah terjadinya MetS.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

##submission.authorBiography##

##submission.authorWithAffiliation##

Center for Sports and Exercise Studies, Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Diterbitkan
2023-09-30
Viewer: 306 times
PDF (English) downloaded: 351 times