Perbandingan Penggunaan Penghambat Pompa Proton Dosis Tinggi dan Rendah terhadap Mortalitas pada Pasien Coronavirus Disease-19 (COVID-19) yang Menjalani Rawat Inap: Studi Kohort Retrospektif
Abstrak
Pendahuluan: Peran obat penghambat pompa proton (PPP) pada Coronavirus Disease-19 (COVID-19) masih kontroversial. PPP sering digunakan untuk mencegah atau mengobati perdarahan saluran cerna atas dan/atau gejala dispepsia. Akan tetapi, berbagai studi pendahulu menunjukkan bahwa penggunaan PPP dapat menyebabkan luaran klinis buruk pada pasien COVID-19 sehingga pemberian dosis PPP secara tepat dapat menjadi solusi. Studi ini bertujuan untuk membandingkan risiko kematian antara PPP dosis tinggi dan rendah pada pasien COVID-19 yang menjalani rawat inap.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dari dua sentra rujukan COVID-19 di Jakarta selama Juni-September 2021. Studi ini melibatkan pasien COVID-19 rawat inap, derajat sedang-kritis, yang mendapatkan obat PPP intravena selama lebih dari 7 hari. PPP dosis tinggi didefinisikan bila pasien mendapatkan omeprazol >40 mg/hari atau pantoprazol >40 mg/hari, dan PPP dosis rendah untuk omeprazol ≤40 mg/hari atau pantoprazol ≤40 mg/hari.
Hasil: Dari 365 pasien (median usia 55, Q1–Q3 45¬–64 tahun), sebanyak 216 subyek mendapatkan PPP dosis tinggi. Berdasarkan analisis bivariat, kelompok PPP dosis tinggi memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan PPP dosis rendah (54,2% vs 26,1; p<0,001), tetapi keduanya memiliki lama rawat inap yang tidak berbeda bermakna (median[Q1–Q3] 12,5 [9–16] vs 13 [9–18] hari). Setelah dilakukan analisis multivariat untuk mengontrol variabel perancu, ditemukan bahwa PPP dosis tinggi secara independen berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi (aOR 3,04; IK95% 1,22–7,60; p=0,017).
Kesimpulan: Pemberian PPP dosis tinggi dapat meningkatkan risiko kematian yang lebih tinggi pada pasien COVID-19 yang menjalani rawat inap.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
![](/public/site/statistik.png)
![](/public/site/pdf.png)