Manifestasi Kulit Sebagai Petunjuk Diagnosis pada Kwashiorkor
Abstrak
Pendahuluan: Kwarshiorkor merupakan kondisi malnutrisi berat yang disebabkan asupan protein tidak adekuat. Kwashiorkor seringkali tidak terdiagnosis karena kecurigaan klinis masih rendah, adanya edema menutupi malnutrisi, kurangnya pengetahuan mengenai manifestasi klinis tipikal kwarshiorkor.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan klinis terhadap kasus kwashiorkor, khususnya yang datang dengan manifestasi kulit, sehingga tidak terjadi keterlambatan diagnosis.
Kasus: Anak lelaki 3,5 tahun dengan lesi kulit luas seluruh tubuh dirujuk dengan kecurigaan lupus eritematosa sistemik. Pasien terkesan cengeng, murah marah, tampak edema, dan alopesia yang jelas. Status dermatologikus secara umum didapatkan lesi kulit hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan eritema, erosi multipel dan skuama putih kecoklatan. Status antropometri berdasarkan kurva WHO 2006 menunjukkan berat badan (BB) menurut umur 1 SD kurang dari Z score kurang dari 2 SD, tinggi badan (TB) menurut umur -1 SD kurang dari Z score kurang dari 0 SD, dan BB menurut TB lebih dari 3 SD. Terdapat riwayat penurunan BB 12 kilogram (kg) dalam 6 bulan terakhir. Pemeriksaan laboratorium terdapat hipoalbuminemia dan defisiensi seng. Selama perawatan pasien mendapat formula khusus gizi buruk F100 dan F135, suplementasi mikronutrien, dan vaselin album. Pada hari perawatan kelima eritema, erosi, dan deskuamasi kulit mulai menghilang. Berat badan menurun seiring dengan berkurangnya edema.
Kesimpulan: Setiap tenaga kesehatan harus memikirkan kemungkinan kwarshiokor sebagai diagnosis banding pada pasien dengan edema dan menifestasi kulit luas, yang memiliki riwayat penurunan berat badan bermakna sebelumnya.