Hubungan Antara Nilai Leukosit, Rasio Jumlah Neutrofil-limfosit (NLR), C-Reactive Protein (CRP) dan Prokalsitonin dengan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD-2) sebagai Prediktor Derajat Keparahan Penyakit pada Anak Sakit Kritis
Abstrak
Pendahuluan: Pasien anak yang dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan populasi rentan dengan derajat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pemeriksaan laboratorium darah (darah rutin dan biomarker infeksi) merupakan pemeriksaan penunjang yang sering digunakan untuk mengevaluasi kondisi pasien anak. Selain itu beberapa metode skoring seperti skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD-2) juga sering dipakai untuk menilai derajat keparahan pasien anak. Pemeriksaan untuk menilai skor PELOD-2 tidak selalu dapat dilakukan di fasilitas kesehatan sekunder dengan sumber daya terbatas. Pemeriksaan angka-leukosit, rasio neutrofil-limfosit, CRP dan Prokalsitonin diharapkan dapat menjadi alternatif pemeriksaan ketika skoring PELOD-2 tidak dapat dilakukan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara angka leukosit, rasio neutrofil-limfosit, CRP dan Prokalsitonin dengan skor PELOD-2.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi retrospektif komparatif pada 75 pasien anak yang dirawat di PICU RSCM sejak bulan Januari 2019-Agustus 2020 dan telah lulus uji etik. Pasien anak yang memiliki data tidak lengkap merupakan kriteria eksklusi penelitian. Untuk melihat hubungan variabel secara independen terhadap skor PELOD-2 digunakan analisis korelasi Spearman. Regresi logistik digunakan untuk mengevaluasi hubungan masing-masing variabel independen secara bersamaan dengan skor PELOD-2.
Hasil: Pada analisis korelasi Spearman, didapatkan hubungan yang signifikan antara nilai leukosit (0,059; IK90%) dan Prokalsitonin (0,076; IK90%) dengan skor PELOD-2. Dari hasil regresi logistik juga ditemukan bahwa parameter yang signifikan dalam mempengaruhi skor PELOD-2 adalah angka leukosit dan Prokalsitonin.
Kesimpulan: Nilai leukosit dan kadar Prokalsitonin bisa digunakan sebagai alternatif untuk menilai derajat keparahan anak ketika skor-PELOD2 tidak memungkinkan untuk dikerjakan di fasilitas kesehatan.