Prokalsitonin dan Sel Darah Putih sebagai Penanda Infeksi pada Anak dengan Ketoasidosis Diabetikum

  • Nur Rochmah Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
  • Muhammad Faizi Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga,Surabaya, Indonesia http://orcid.org/0000-0002-1208-0744
  • Yudhi Kurniawan Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
  • Latifatu Choirunisa Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
  • Anang Endaryanto Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga,Surabaya, Indonesia http://orcid.org/0000-0002-6020-2136
  • Soetjipto Soetjipto Departemen Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya http://orcid.org/0000-0002-3308-1711
Kata Kunci: diabetes melitus tipe 1, ketoasidosis diabetikum, sel darah putih, prokalsitonin, biomarker

Abstrak

Pendahuluan: Ketoasidosis diabetikum (KAD), suatu komplikasi akut diabetes melitus tipe 1 (DMT1 - tergantung insulin), dapat dipicu oleh infeksi. Procalcitonin (PCT) adalah penanda bakteremia, sepsis, dan peradangan yang akurat, namun sel darah putih (SDP) masih sering digunakan oleh klinisi. Studi kami bertujuan untuk menganalisis kadar PCT dan jumlah SDP pada anak-anak dengan KAD.
Metode: Studi potong lintang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia, antara tahun 2015 dan 2019. Diagnosis DMT1 dan KAD didasarkan pada International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes. Kadar PCT dan jumlah SDP diukur dalam sampel dari pasien dengan dan tanpa KAD, dan dibandingkan menggunakan uji Mann-Whitney.
Hasil: Sebanyak 41 sampel dimasukkan dalam penelitian, di antaranya 15 sampel (36,6%) dari anak-anak dengan KAD, dan 26 (63,4%) dari anak-anak tanpa KAD. Kadar PCT dan jumlah SDP secara signifikan lebih tinggi pada anak-anak dengan KAD (p <0.001). Analisis kurva karakteristik operasi penerima SDP lebih rendah daripada PCT (0,849 vs 0,982). PCT memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi sebagai penanda infeksi dibandingkan SDP (masing-masing 93,3 vs 86,7; 92,3 vs 88,5).
Kesimpulan: PCT merupakan penanda infeksi yang lebih baik pada anak dengan KAD dibandingkan SDP.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##
Diterbitkan
2021-01-23
Viewer: 450 times
PDF (English) downloaded: 334 times