Evidence Based Case Report: Penggunaan Metode PCR Pada Sputum Untuk Diagnosis Pulmonary Aspergillosis

  • Augustine Natasha Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • Ricky Fernando Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • Tubagus M. Kurniadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • Elyn Dohar Idarin Aritonang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  • Angky Budianti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kata Kunci: Aspergillosis, pulmonary Aspergillosis, PCR, sputum, sputum fungal culture

Abstrak

Latar belakang: Pulmonary Aspergillosis merupakan infeksi oportunistik pada populasi immunocompromised. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) diharapkan dapat menjadi pengganti kultur jamur sputum dengan hasil yang lebih cepat dan akurat.
Metode: Dilakukan pencarian di PubMed, CENTRAL, EbscoHost, dan ProQuest sejak tanggal 1 -13 Oktober menggunakan kata kunci “Aspergillosis”, “Pulmonary Aspergillosis”, “sputum”, “PCR”, “sputum fungal culture”. Hasil pencarian di evaluasi menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Studi yang terseleksi kemudian diperoleh full text nya dan dievaluasi kembali. Hasil akhir dari seleksi kemudian ditinjau secara kritis validity, importance, dan applicability-nya oleh ketiga penulis.
Hasil: Didapatkan empat studi,dengan level of evidence 4, yang kemudian ditinjau secara kritis. Tiga studi menggunakan PCR pada sampel sputum sebagai index test, sementara satu studi menggunakannya sebagai refference test. Luaran dari tiga studi melaporkan sensitivitas dan spesifisitas dari PCR dengan sampel sputum, sedangkan satu studi melaporkan proporsi dari hasil PCR. Dua studi melaporkan sensitivitas PCR pada sampel sputum sebesar 100%, sementara satu studi melaporkan sensitivitas sebesar 38%. Dua studi juga melaporkan spesifisitas diatas 70%, sementara satu studi melaporkan spesifisitas sebesar 38.5%.
Kesimpulan: Studi menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang menjanjikan terutama dengan hasil diperoleh dengan cepat. Akan tetapi rendahnya level of evidence dan biayanya yang cukup mahal, menyebabkan deteksi dengan metode PCR belum dapat digunakan sebagai modalitas diagnosis rutin.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##
Diterbitkan
2020-03-19
Viewer: 489 times
PDF (English) downloaded: 1914 times