COVID-19 dan Tuberkulosis Paru, Antara Koinfeksi dan Reaktivasi dari Laten Tuberkulosis: Sebuah Kajian Sistematis
Abstrak
Pendahuluan: Secara global, kasus tuberkulosis paru (TB Paru) meningkat sebesar 4%, sementara kasus baru telah menurun di banyak negara, terutama di Indonesia sebesar 14%. Selama pandemi COVID-19, jumlah pasien PTB yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat meningkat dan menginfeksi lebih banyak orang. Secara khusus, limfosit CD8+ mengalami penurunan pada COVID-19. Mungkin ini adalah penyebab peningkatan kasus, tetapi tidak ada data yang menunjukkannya. Tujuan: Menentukan data terkini mengenai koinfeksi PTB dengan COVID-19 dan kemungkinan reaktivasi PTB setelah infeksi COVID-19 pada pasien TB paru.
Metode: Tinjauan sistematis ini didasarkan pada pernyataan PRISMA dengan menggunakan Pubmed, EBSCOHost, Science Direct dan Cochrane dari Desember 2019 hingga Juli 2022. Kriteria inklusi dan eksklusi ditetapkan untuk memilih studi yang disertakan. Penulis menganalisis risiko bias dari semua studi yang disertakan dengan alat penilaian kritis JBI.
Hasil: Penelitian ini memiliki total 107.425 pasien dari 20 studi. Semua studi dianggap memiliki risiko bias penulis yang rendah secara keseluruhan. Komponen penting dari pertahanan PTB adalah CD8+. Dengan mengurangi limfosit, COVID-19 dapat mendorong pertumbuhan PTB, yang kemudian dapat menyebabkan koinfeksi atau reaktivasi PTB yang sudah ada.
Kesimpulan: COVID-19 dapat meningkatkan kasus PTB dalam bentuk koinfeksi atau reaktivasi PTB pada pasien TB paru. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus bagi pasien yang telah terinfeksi COVID-19 untuk ditindaklanjuti karena berisiko terkena PTB.